POTENSI PANGAN LOKAL DALAM PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENANGGULANGAN STUNTING DI KALIMANTAN TENGAH

Abstract

Angka stunting di Indonesia pada tahun 2022 masih berkisar pada angka 21,6% (lebih tinggi dari standar WHO). Berbagai langkah dan kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah, sementara prevalensi stunting di Kalimantan Tengah sebesar 26,9%. Target pencapaian stunting baik di tingkat nasional maupun di Provinsi Kalimantan Tengah kemungkinan kecil bisa tercapai. Pangan lokal memiliki potensi sangat besar dalam mendukung penurunan angka stunting ini karena mutu gizi yang sangat baik, keragaman yang sangat tinggi dan pada daerah tertentu mudah diakses. Berbagai penelitian menunjukkan banyak bahan pangan lokal yang memiliki kandungan karbohidrat, protein, mineral, lemak, β – carotene, asam folat, dan zat besi. Kalimantan Tengah juga memiliki keragaman hayati yang sangat besar. Pada 3 (tiga) desa di Kabupaten Katingan ditemukan puluhan varietas padi lokal dan ratusan jenis sayuran lokal. Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan pangan lokal adalah kerusakan ekosistem hutan karena deforestasi dan hilangnya pengetahuan tentang pangan lokal ini sehingga tidak dikenali lagi oleh masyarakat. Hal ini terjadi karena masyarakat merasa kurang bergengsi jika mengonsumsi pangan lokal. Stigma ini tidak akan menjadi masalah jika masyarakat masih punya banyak uang. Namun, jika uang sudah tidak dimiliki sementara sumber daya telah habis maka masalah ketahanan pangan akan menguat. Artikel ini akan membahas beberapa hasil penelitian yang relevan dengan pengembangan pangan lokal sebagai alternatif kebijakan dalam penanggulangan stunting di provinsi Kalimantan Tengah. Di samping itu juga diuraikan pokok-pokok kebijakan untuk pengembangan pangan lokal dimaksud